gravatar

First ML

Fiuh…Panas nian hari ini. Sehabis mengurus persyaratan untuk
mata kuliah Tugas Khusus, saya segera menuju ke tempat parkir
mobil. Umph…Bahkan didalam mobilpun panasnya bukan main.
Kayaknya udara dingin mobil CR-V gue masih kalah deh.

Aku langsung meluncur ke rumah cewek gue di daerah dharmahusada.
“Bakal ketemu cewek yang gua sayang, nich..”, Pikirku. Lumayan,
buat sedikit mendinginkan badan yang kepanasan ini. Setelah hampir
sampai, aku miskal Lina, pacar saya itu. Buat beri pertanda, kalo
yayangnya dah hampir sampai. Setelah sampai didepan rumahnya,
kulihat dia sudah menunggu didepan pintu gerbang dan membuka pintunya
lebar-lebar. Akupun langsung memasukkan mobil dan gua parkir didalam.

“Uh..Panas banget cuacanya, Lin.”
“Iya tuh. Panas banget. Gue sampe keringatan nunggu kamu.”, ujarnya
sewot.
“Haha…kok ngomel sih…”.
Kami lalu masuk kedalam.

“Hei…Kok sepi banget. Pada kemana semua?”, ujarku.
“Biasa, ortu cari duit.”
“Lah, Mbak Ti kemana lho?”
“Pulang tadi pagi, ada keperluan di desa, katanya.”

Wah…langsung PIKTOR deh gua. Rumah sebesar ini cuman dihuni ama
satu cewek cantik. Sayang kalo nggak dimanfaatkan. Hahaha…

Kita lalu mengobrol di ruang keluarga dalam. Cukup luas sih, dengan
desain interior yang minimalis elegan, ditambah dengan pendingin ruangan
yang memadai. Ah…segar. Kita terus saja ngobrol ngalor-ngidul. Hm…
Cewek gua itu masih memakai seragam SMA-nya. Dia sekolah di sebuah SMA
swasta yang terkenal di Surabaya, sudah maunya EBTANAS, kalo istilah di
jaman saya dulu. Biar masih memakai baju seragam SMA, aku tetap dapat melihat
betapa seksinya tubuh Lina ini. Maklum, seragamnya termasuk agak-agak
full press body, jadi keliatan deh lekuk tubuh langsingnya yang indah.

“Lin, minta minum donk. Gue haus nih…”
“OK. Tunggu bentar ya.”

Dia lalu berjalan menuju ke dapur. Fiuh…gue liat BH hitamnya menerawang
dibalik seragam SMA-nya yang putih itu. Ditambah dengan bentuk pinggang
yang seksi. Gile…PIKTOR dah gua. Gue ga tahan juga akhirnya, karena
disamping situasinya mendukung, gadis ini pacar gue. Klop dah. Hehehe…

Aku buntuti dia menuju dapur, lalu aku peluk dia dari belakang sambil kucium
kepalanya. Harum juga tubuhnya, walau terkadang sempat tercium
bau keringat. Hahaha…Maklum. Dia kan baru saja pulang dari sekolah.

Rambut panjangnya kusibakkan sambil kuciumi leher kanannya. Lina cuman
menggeliat geli. “Duh…koko ini ah…geli tahu….”, protesnya manja. Aku
diam saja sambil terus menciumi leher kanannya. Lalu pelan-pelan tanganku
meraih payudaranya dan langsung aku remas dengan lembut. Aku lihat Lina cuman
tersenyum sambil tertawa kecil. Payudaranya memang tidak terlalu besar, mungkin
baru 34A. Tidak masalah. Pas dalam telapak tangan gua. Aku remas terus payudaranya
sambil kuciumi dan kujilati seluruh lehernya. Ah…Menggairahkan sekali.

Beberapa saat kemudian kurasakan kedua tangan Lina memegang tanganku yang lagi
aktif terus meremas dadanya. Sambil memejamkan mata, dia ikutan meremas tanganku,
nampaknya dia mulai menikmati permainan ini. Desahan nikmat perlahan mulai kudengar.
Aku lalu meremas dadanya dengan agak kencang dan dia semakin mendesah. Untuk menambah
gairah, kugesekkan ******ku ke pantatnya yang semok itu. Jadi sambil menciumi
lehernya dan meremas dadanya, aku juga seakan-akan mengocok ******ku ke belahan
pantatnya yang masih tertutup oleh rok seragam SMA-nya.

Lina lalu membalikkan badannya dan menciumi bibirku dengan penuh gairah. Aku sih
suka-suka saja. Aku balas melumat bibirnya. Nafas kami seakan saling berkejaran,
penuh gairah. Setelah beberapa saat, aku lalu menghentikan permainan ini dan
berkata “Lin, ke kamarmu yuk…”. Dia membuka matanya, tersenyum genit. Dia tidak
menjawab, hanya kemudian tangan kirinya tiba-tiba meremas dan mengkocok ******ku
yang masih tertutup celana ini. “Ayo…”, sahutnya.

“Aku ke kamar mandi dulu ya, Kamu tunggu dikamar.”, kataku.
“OK.”, sahutnya.

Didalam WC, aku segera mencuci ******ku yang sudah mau meledak ini. Kasihan donk,
masa kalo di-oral ****** gue dalam keadaan kotor. Jadinya, aku cuci bersih. ******
gue menjadi harum sekarang. PD aja lagi. Kita memang sering melakukan oral dan petting
namun tidak pernah ML, karena dia selalu menolak. Ya gapapa.

Segera aku berlari menuju ke kamarnya yang terletak di lantai atas. Setelah didalam
kamar, kulihat Lina sedang duduk sambil membuka pahanya, sehingga dapat aku melihat
CD-nya yang berwarna putih itu.

“Wah…wah…Menggoda banget, say.”, ujarku sambil menyerbu kearahnya.

Lina cuman ketawa kecil. Sambil duduk disebelahnya, aku terus melumat bibirnya dan
meremas dadanya yang kenyal itu. Tak hanya pasif, tangan kanan Lina lalu menuju ke

celana
gue, membuka resletingnya dan mulai masuk kedalam celana dalam. Duh…nikmat banget
saat jari-jarinya meremas batang ******ku. Aku lalu membuka satu-persatu kancing seragam
SMA-nya dan lalu melepas kemejanya. Fiuh…kulitnya yang putih mulus itu terlihat kontras
dengan BH hitam yang dipakainya. Sangat seksi.

Aku lalu melepas Tshirt dan celana gue sampai bugil. Lina cuman tertawa geli melihatnya.
Dia juga lalu melepas roknya dan sekarang hanya memakai BH hitam dan CD putihnya. Dia

lalu
duduk didepan gua dan mulai meremas ****** gua. Pelan-pelan, dari bawah dia jilat batang
******ku keatas. Lalu dia memainkan lidahnya di ujung kejantanan aku itu. Setelah puas,

dia
kembali menjilatnya dengan arah atas ke bawah. Duh…aku sampai menggelinjang kenikmatan.
Dia melakukannya sampai beberapa kali lalu mulai menyedot ******ku didalam mulutnya.
Kedua tangannya tak lupa terus mengkocok batang ******ku dan meremas buah pelirku.
Uh…
Nikmat sekali rasanya. Syaraf kepalaku sampai berdenyut menahan kenikmatan yang luar

biasa
ini. Beberapa menit dalam kenikmatan ini kemudian aku merasakan bakal orgasme sehingga

aku
meminta Lina menghentikan oralnya.

“Enak sayang?”
“Uh. enak sekali. Giliran kamu ya?”
Lina cuman tersenyum. Dia lalu merebah ke ranjang sambil membuka lebar pahanya. Duh

sebuah
pemandangan yang sangat seksi dan menggairahkan. Aku lalu menciumi CDnya, pas di depan

lubang
memeknya. Ada bau khas vagina yang keluar. Haha…Kayaknya sudah becek banget tuh didalam.
Aku terus menciumi CD putih Lina itu sampai beberapa menit. Aku lihat Lina cuman bisa

pasrah
sambil terus memejamkan mata dan sesekali menggigit bibir bawahnya tanda menahan nikmat.

Aku lalu perlahan melepas CD yang dipakai pacar gua ini. Wow…terlihat sebuah vagina yang
memerah dengan rambut-rambut yang cukup lebat menutupi lubangnya. Segera aku mainkan

lidahku
keatas klitorisnya dengan lembut.

“Ah. Jim. Uh..”, desahnya penuh kenikmatan. Kurasakan memeknya semakin banjir. Ada

cairan
putih kental yang menutupi lubang memeknya. Ini nih….cairan lubrikasi yang memberi

kenikmatan.
Lalu aku masukkan lidahku kedalam lubang vaginanya. Terasa lendirnya yang semakin banyak

dan
asin rasanya. Lina semakin keras mengerang dan aku semakin sulit mengontrol gerakan paha

dari
Lina karena dia sendiri menahan kenikmatan yang luar biasa.

Setelah beberapa saat kemudian, aku lalu menindih tubuhnya dan mulai melepas BH-nya.

Kami berciuman
selama beberapa detik. Terlihat payudara yang sangat seksi, putih bersih dengan puting

yang coklat. Aku
lalu memainkan lidahku keatas putingnya dan menyedotnya perlahan-lahan. Tangan kananku

sibuk memilin
dan meremas payudara yang satunya. ******ku sengaja aku gesek-gesekkan kebelahan

vaginanya. Semua
permainanku itu membuat Lina semakin terangsang dan mengerang penuh kenikmatan. Kedua

tangannya memegang
kepalaku dan meremas rambutku. Aku lalu angkat lengan kirinya dan kuciumi ketiaknya yang

putih itu.
Dia cuman ketawa geli. Hm…Baunya sungguh membuatku semakin terangsang.

Aku membentulkan posisiku sehingga sekarang aku benar-benar pas menindih tubuhnya. Aku

memeluknya dan
menciumi bibirnya, lehernya dengan penuh nafsu. Lina juga melakukannya sambil mengerang

dan terus
menggoyangkan badannya. Aku lalu memposisikan ******ku kedepan lubang memeknya sambil

perlahan aku bergerak
maju mundur. Jujur saja, kami belum pernah ML sebelumnya. Jadi, jika usaha saya ini

berhasil, maka pada
tanggal 14 Februari itulah, pas hari valentine, kami berdua akan kehilangan keperawanan

kami. Haha…

Aku terus menciumi bibir dan lehernya sambil terus mengkocok ******ku dibelahan

memeknya. Uh…Terasa
bahwa memeknya sudah sangat basah. Becek sekali. Setiap kali aku mengkocok ******ku, aku

bisa mendengar
bunyi gesekan cairan pelumasnya. Tanganku tak lupa memilin puting susunya dan meremasnya

bergantian, kanan
dan kiri. Sesekali aku beri permainan lidah di putingnya dan aku sedot dengan lembut.

Setelah itu kembali
aku melumat bibir dan lehernya.
Perlahan, aku merasakan ******ku semakin mudah masuk kedalam memeknya. Awalnya memang

hanya sebatas
mengkocok dibelahannya, tetapi aku merasakan kalo waktu aku bergerak maju mundur, aku

merasakan ujung
******ku mulai masuk kedalam memeknya. Aku merasakan kenikmatan yang berbeda. Semakin

lama aku semakin
ketagihan atas sensasi yang berbeda ini dan aku semakin bersemangat bergerak maju

mundur.

Kulihat Lina juga semakin menikmati permainan ini. Dia membuka pahanya lebar-lebar

seakan-akan memberi
kesempatan bagi ******ku untuk menembus memeknya yang masih sempit itu. Sambil terus

menciumi bibir dan
memeluknya, aku merasakan ******ku semakin dalam menembus memeknya. Kira-kira waktu itu

sudah setengah
yang masuk kedalam. Aku jadi semakin penasaran. Memeknya yang sempit itu menjepit

******ku dengan rapat
sehingga memberikan sensasi kenikmatan yang berbeda. Perlahan tapi pasti, aku terus

menggerakkan ******ku
maju mundur. Oh yes. Nikmat sekali. Setiap kali aku cabut dan aku masukkan lagi,

penetrasinya semakin
dalam. Lama kelamaan, aku sengaja menahan agak lama ******ku didalam memeknya baru aku

cabut lalu aku
masukkan lagi. Sedikit menggoda ga ada masalah, bukan?

Kami terus berciuman sambil saling memeluk tubuh kami yang bugil ini. Aku kembali

memasukkan ******ku
kedalam memeknya sampai setengah. Aku gerakan ******ku didalam memeknya pelan-pelan dan

hendak aku
cabut kembali.

Lina tiba-tiba berkata sambil terus memejamkan mata: “Ko, biarkan aja disitu.”.

“Hehehe…Nikmat ya,
sayangku?”. Aku tersenyum lalu terus menciumi leher dan bibirnya. Beberapa detik

kemudian aku kembali
menggoyang memeknya. Namun kali ini aku mencoba agak sedikit lebih dalam menusuknya.

Saat sudah separuh
masuk, sambil memainkan puting susu kirinya dengan lidahku dan meremas payudaranya yang

kanan, aku
menusukkan ******ku dengan sedikit dorongan lebih.

“Ah…”, Lina berteriak kecil. Rupanya ada rasa sakit yang tiba-tiba menyengatnya. Aku

terdiam. Duh..
Dheg dhegan nih. Kayaknya udah 1/2 batang ******ku masuk kedalam memeknya.

“Lin, kenapa? Sakit ya?”
“He eh.”, jawab dia, lalu terdiam.
“Lin, aku terusin atau bagaimana?”, tanyaku cemas.

Lina diam saja. Kami lalu berpandangan mata beberapa saat. Lalu dia memejamkan mata

sambil mencium bibirku.
Yes. Bagiku itu adalah sinyal untuk bergerak lebih lanjut. Aku segera membetulkan posisi

badanku agar
tepat menindihnya. Lalu entah kenapa tiba-tiba aku merasakan ******ku sudah terbenam

seluruhnya kedalam
memeknya. Uh…Nikmat sekali. Sensasi yang sangat berbeda. Aku merasakan sebuah lubang

yang hangat, sempit
dan becek. ******ku benar-benar tegang dan hendak meledak. Aku sampai merem melek

merasakan kenikmatan
pertama dalam ML ini.

“Lin. Aku cinta kamu.”, kataku sambil memandang wajahnya.
Lina cuman tersenyum sambil memelukku. Ok. It’s time now. Aku langsung menggerakkan

******ku maju mundur
dengan cepat. Kukocok ******ku didalam memeknya yang becek itu. Uh. Nikmat sekali. Lina

mengerang dengan
semakin keras.

Sambil terus menggoyang memeknya, aku bertanya kepadanya “Lin, gimana? Enak?”. Lina

tidak menjawab. Dia
hanya terus memejamkan mata sambil menggigit bibirnya. Kurasakan pantatnya ikut

bergoyang dan disesuaikan
dengan irama kocokkan ******ku didalam memeknya. Duh. Nikmat sekali. Aku lalu menciumi

bibirnya dengan
buas, menjilat habis lehernya, aku angat lengannya dan kuciumi ketiaknya. Terkadang aku

sempatkan menyedot
puting susunya. Lina tampaknya sangat suka kalo aku memainkan putingnya.

Setelah beberapa saat kemudian, aku merasakan ada gelombang kenikmatan yang semakin

dekat. Duh, jangan muncrat
dulu nih, Pikirku. Aku lalu menghentikan permainan sex gua dan mencabut ******ku dari

dalam memeknya dan
aku berdiri di tepi ranjang.

“Lho, kenapa Jim? Masukkin lagi donk…”, pintanya.
“Bentar ya, sayangku. Kita ganti posisi yuk.”, kataku.
“Ga mau ah.”, protesnya.
Uh, ya udah. Aku kembali menindihnya dan menciumi bibirnya.

“Gimana? Aku masukin lagi ya, say?”, godaku sambil tersenyum.
“Masukkin aja. Jangan cepat-cepat dicabut donk…”, sahutnya sambil ketawa.
“Ok Say. Eh…Aku pasang kondom dulu ya.”, jawabku sambil mengambil kondom yang baru saja

aku beli.
Ya. Dari pagi memang aku sudah bersiap-siap. Pas dihari valentine ini aku ingin

menyetubuhi pacarku ini.
Masa dapatnya petting melulu. Dan ternyata…Yes! Aku Berhasil!

Perlahan aku lalu memposisikan ******ku kedepan belahan memeknya dan mulai mendorongnya
masuk. Uh, kali ini gagal. Kayak mendal gitu. Kucoba lagi, ah gagal lagi. Sulit

masuknya. Memeknya masih
sempit sekali. Lina lalu membantu membimbing ******ku ke lubang memeknya dan

perlahan-lahan aku dorong.
Ya, dah masuk. Pelan-pelan, dan, Sleb!. Masuk. Lina mengerang kenikmatan saat memeknya

menelan seluruh
batang kejantananku. Aku lalu kembali mengkocok ******ku kedalam memeknya selama

beberapa menit. Kami
saling memeluk dan berciuman. Oh, nikmat sekali. Keringat kami bercampur baur. Sungguh

luar biasa.

Lalu tiba-tiba aku merasakan ada gelombang kenikmatan lagi yang menyerang. Duh, masa

udah mau keluar.
Aku tahan terus sambil terus mengkocok ******ku di memeknya. Kulihat Lina memang semakin

keras erangannya
dan goyangan pantatnya semakin panas, tapi kayaknya dia belom orgasme deh. Duh, sedang

saya sudah semakin
dekat. Maklum, baru pertama kali ML jadi belum bisa menahan. Akhirnya aku bener ga

tahan. Sambil berteriak kecil
memanggil namanya, “Lin, aku keluar Lin. Oooooooooohhhh”…Crot crot crot. ******ku

menyemprotkan air mani
didalam memeknya. Untung aku sudah pake kondom jadi ga takut masalah dikemudian hari.

Aku merasakan
beberapa kali semprotan keluar dari ******ku. Uh, sungguh sangat nikmat.

Setelah tenang, saya lalu rebah kecapaian dengan menindihnya. Dia memeluk saya dengan

erat, aku balas
memeluknya dengan erat.

“Enak ya, sayang? Sudah keluar ya?”, tanyanya manja.
Aku mengangguk lemas. Aku merasakan ******ku semakin berkurang ketegangannya, lalu aku

cabut dari memeknya.
“Kamu ga orgasme, Lin?”, tanyaku lirih, sedikit merasa bersalah.

Dia tersenyum manja.
“Iya belum. Tapi gapapa kok. Tadi enak sekali nge-sex-nya.”.
Kami lalu tertawa kecil dan kembali berpelukan.
“Maaf ya, Lin. Aku keburu keluar. Belum berpengalaman sih…”
“Gapapa kok.”, jawabnya sambil mencium lembut bibirku.
Aku tersenyum. Fiuh, pacarku ini betul-betul baik hati. Tidak hanya cantik di luar,

tetapi cantik hatinya.

Kami lalu membereskan “kekacauan” yang terjadi. Kulihat Lina sedang membersihkan

memeknya. Ada bekas darah
mengalir yang sudah kering didaerah pahanya. Cuman tidak terlalu banyak. Hanya sedikit.

Aku duduk disebelahnya
sambil memandangi pacarku ini. Dia sempat tertegun sebentar, diam seribu bahasa. Mungkin

memikirkan
kondisinya sudah tidak perawan dan sudah aku setubuhi ini.

“Lin, selamat valentine ya. Aku cinta kamu.”, ujarku tulus.
Lina tersenyum, lalu berkata “Aku juga cinta kamu, jim”, sambil mencium pipiku.
“Jim, Aku mandi dulu ya.”, katanya sambil masuk ke WC didalam kamarnya.
“OK”.

Beberapa menit kemudian, dia selesai mandi dan kami kembali mengobrol di ruang keluarga.

Dia terus menggoda
aku karena baginya aku terlalu cepat keluar saat ML kami yang pertama tadi. Aku cuman

bisa tersenyum dan
berjanji dikemudian hari, aku akan memberikan orgasme yang luar biasa kepadanya.

How Much My Money???

Where's my visitor come from???

Who is my Visitors???

Pengikut