Yanti & Mertuaku
seorang bekas teman karib semasa kuliah dulu. Ia baru saja menikah sekitar satu
setengah tahun lamanya. Yanti nama temanku itu. Sementara suaminya bernama Pras.
Kejadiannya bermula ketika Pras mendapat tugas luar kota dari kantornya, di salah satu
perusahaan swasta di Jakarta. Pras memang biasanya dapat pergi tiga sampai empat hari.
Seandainya pulang pun hanya beberapa jam saja, kemudian berangkat lagi. Sebagai
seorang isteri, Yanti tidak dapat melarangnya, apalagi itu urusan kerja. Maklum, yang
dilakukan itu ada kaitan dengan promosi terhadap diri Pras menjadi Area Sales Manager
dalam waktu dekat. Yanti tentu saja merasa ikut senang mendengar akan hal itu,
sehingga ia memberikan kebebasan waktu pada Pras untuk meningkatkan prestasinya.
Karena kesibukannya itu, Pras sering melupakan hak Yanti sebagai seorang isteri.
Hari-hari Yanti penuh dengan kesepian. Apalagi buah perkawinan mereka belum juga ada.
Akhirnya Yanti menggunakan waktu sepi itu untuk berbagi rasa dengan mertuanya,
Prambudi. Prambudi sudah sangat berumur, karena usianya sudah hampir mencapai setengah
abad. Prambudi saat itu sudah hidup sendiri tanpa pendamping hidup, karena isterinya
sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebetulan Prambudi tinggal serumah dengan
mereka. Obrolan serta gurauan, hampir mereka lakukan setiap hari, terutama ketika Pras
sedang tidak ada di rumah. Tidak jarang karena Yanti dan mertuanya keasyikan
mengobrol, mereka terkadang sampai lupa waktu. Mereka pernah sampai tengah malam baru
berhenti mengobrol.
Yanti merasa obrolan dengan mertuanya itu bermanfaat. Ia menjadi lebih terhibur dan
tidak lagi begitu kesepian seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan mertuanya.
Prambudi merasa lebih senang dan enjoy. Sebelumnya ia yang pendiam kini berubah
menjadi periang. Sejak itulah, Yanti bersama mertuanya saling mengisi hari-hari luang
mereka dengan obrolan-obrolan kecil namun menyenangkan hati mereka berdua.
Setidak-tidaknya rasa jenuh yang dirasakan Yanti kini terobati. Dan harus diakui oleh
Yanti, pengetahuan mertuanya memang begitu banyak. Cara penyampaiannya pun cukup
diplomatis dan memperlihatkan wibawa seorang yang telah berumur.
Suatu hari, mertuanya bercerita tentang kecantikan isterinya sewaktu masih hidup.
Bahwa isterinya dulu tergolong wanita yang banyak disukai oleh pria lain. Disamping
sebagai parasnya yang cantik, lembut, juga mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai
gitar spanyol yang mengagumkan. Kalau ada lelaki yang meliriknya, pasti akan jatuh
cinta pada pandangan pertama.
"Makanya, aku beruntung mendapatkan ibumu dulu.., tapi sayang.., ia begitu cepat
meninggalkanku.." kata mertuanya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya yang
sudah banyak menghabiskan rokok itu.
Malam pun semakin larut, seiring dengan cerita mertua Yanti yang sudah tidak menentu
arah pembicaraannya. Sampai akhirnya mengenai hal yang sifatnya pribadi pun
diceritakan dengan tanpa ada rasa canggung lagi. Singkatnya, bahwa almarhumah ibu
mertuanya adalah isteri yang cantik serta dapat memuaskan dalam setiap permainan
ranjang yang pernah mereka lakukan.
"Entah berapa kali setiap malam kami lakukan, yang jelas pasti tidak terlewatkan.."
kata mertuanya mengenang masa lalu.
"Pernah aku dibikin kewalahan, karena aku lupa minum obat." lanjut Prambudi dengan
santainya mngupas seluruh rahasia rumah tangganya.
"Kamu belum ngantuk, Yanti..?" tanya mertuanya sambil merapatkan duduknya ke samping
Yanti.
Saat itu mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. Yanti pun mulai curiga dengan
sikap mertuanya, apalagi tangan mertuanya mulai memegang pundaknya.
Tatapan mata Prambudi begitu tajam, seolah-olah ingin mengulangi kejadian indah
bersama isterinya. Dan Yanti lebih kaget lagi, ketika mertuanya berkata, "Kamu cantik
Yanti.. maukah kamu, barang sejenak melayaniku..?" pinta mertuanya yang kelihatannya
sudah terpengaruh dengan cerita masa lalunya itu.
"Tolong Yan, aku sudah lama kesepian, lagian suamimu khan tak ada di rumah..!" desak
halus mertuanya sambil menarik tangan Yanti ke kamar.
"Jangan Ayah..! Aku milik anak Ayah..!" tolak Yanti sambil menepis kedua tangan
Prambudi yang kini sudah hinggap di payudara 36B miliknya.
"Mau ya Yanti.., sekali aja kok..!" rayu mertuanya sambil melepaskan semua pakaiannya.
"Sekarang kamu diam, ya..! Kakinya diangkat ke atas.., ya begitu.., biar Ayah yang
bantu melepaskan pakaianmu..!"
Sungguh, Yanti merasa bingung saat itu. Anehnya ia diam dan menuruti kemauan mertuanya
begitu saja. Mertuanya dibiarkan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat.
Mungkin karena rasa kasihannya pada sang ayah mertua yang sudah lama kesepian. Apalagi
sebagai seorang isteri normal, Yanti jarang sekali mendapat kenikmatan dari suaminya,
Pras, karena kesibukannya.
Sementara itu dengan lembutnya Prambudi membaringkan tubuh Yanti yang tanpa sehelai
benang pun yang menutupinya ke tempat tidur, lalu mulai menjilati semua lekuk tubuh
Yanti dari bagian pundak, belakang telinga, leher, payudara hingga bagian bawah
perutnya. Payudara Yanti dijilati dengan penuh semangat, sambil sekali-kali
diremas-remas dengan perlahan. Yanti menggelinjang diperlakukan seperti itu. Saat
sampai di bagian benda kewanitaannya, Prambudi menyibakkan rambut-rambut kemaluan
Yanti yang amat lebat dan hitam. Lalu klitorisnya dijilati dengan berputar-putar.
Dengan sengaja Prambudi memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Yanti sambil
kelentitnya dipegang-pegang.
Yanti pun tidak lama telah terhanyut oleh kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya
itu. Ia pun mengimbangi permainan asmara itu dengan perasaan yang sudah lama tidak
dirasakannya. Ia meminta mertuanya untuk berbaring. Langsung diraihnya senjata andalan
Prambudi. Kemaluannya sudah tegang. Lidah Yanti menjilati seluruh batangan mertuanya
yang kelihatan telah berurat itu dengan penuh semangat. Dihisap dan dikulum-kulumnya
selayaknya seorang yang haus akan hubungan seks. Tidak ketinggalan batang kejantanan
itu dikocok-kocoknya. Luar biasa kocokannya itu, buktinya Prambudi sampai
terpejam-pejam merasakannya.
"Aku sudah tak tahan, Yanti.. masukkan saja ya, Nak..?" ujar Prambudi di tengah-tengah
kenikmatan yang menjalari segenap urat syarafnya.
Yanti hanya tersenyum penuh arti akan pernyataan ayah mertuanya. Segera ia naik ke
atas perut ayah mertuanya itu. Lalu dengan tangan kiri, dituntunnya batang kemaluan
yang sudah amat besar dan tegang itu masuk ke belahan liang senggamanya.
"Bles.. jeb..!" Yanti pun segera bergoyang maju mundur, lalu ke atas ke bawah.
Sementara itu, Prambudi berusaha bangkit untuk menjilati kedua bukit kembar menantunya
itu seperti bayi yang haus akan air susu ibunya.
Segera setelah mulut Prambudi mencapai payudara indah Yanti, Yanti pun dengan sengaja
mengarahkan payudaranya ke arah mulut sang mertua, baik buah dada yang kanan maupun
yang kiri.
"Uh.. uh.. uh.." terdengar erangan kenikmatan dari mulut Yanti mengiringi gerakan
tubuhnya.
"Aku mau keluar, Yah..!" ujar Yanti dengan nafas memburu.
Dan benar, sesuatu dari dalam dirinya tiba-tiba seperti meledak. Ia mengalami
orgasmenya.. Namun, Prambudi kelihatannya belum mau berhenti juga. Ia lalu menyuruh
Yanti merubah posisi pernaian seks mereka. Kini Yanti dengan posisi menungging. Kedua
tangannya memegang ujung ranjang. Sementara dengan semangat 45, Prambudi segera
mengarahkan batang kejantanannya ke belahan bibir kemaluan Yanti.
Dengan sekali hentakan, "Bless..!" Batang kejantanan itu masuk seluruhnya.
Prambudi dengan posisi setengah berdiri terus "menghajar" Yanti dari belakang sambil
kedua tangannya berusaha meraih payudara Yanti yang memang sangat merangsang Prambudi.
Setelah ia raih, diremas-remasnya dengan perlahan.
"Wah.. coba dari dulu aku mencicipi tubuh mulus ini.. pasti aku tambah awet muda.."
pikir Prambudi ditengah serangan gencarnya.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Prambudi merasakan sesuatu akan keluar dari
tubuhnya dan perasaannya melayang. Matanya yang bulat terbeliak dan kemudian melotot.
Yanti yang sadar mertuanya akan ejakulasi, segera melepaskan pantatnya dari serangan
gencar batang keperkasaan Prambudi. Lalu ia meraih rudal panjang Prambudi dan
dikocok-kocoknya agar mendapatkan puncak klimaks mertuanya. Benar saja, cairan sperma
dari batang keperkasaan Prambudi keluar menyemprot dengan derasnya. Melihat itu, Yanti
segera menghisapnya sampai habis semua cairan lelaki itu hingga mulutnya ikut menjadi
basah. Batang kemaluan itu dijilatinya sampai bersih.
"Yan.. kapan-kapan kita ulangi lagi ya.., Ayah benar-benar puas sekarang.." ujar
Prambudi sambil memakai pakaiannya kembali.
Yanti hanya mengangguk dan tersenyum kecil memberikan kesan puas baik fisik maupun
batin.
Dalam hatinya ia berkata, "Dasar tua bangka..! Menantu aja di 'makan'..!"
"Kamu memang benar-benar bisa memuaskan keinginanku yang selama ini sudah tidak dapat
kulampiaskan lagi.. sekali lagi Ayah benar-benar merasa puas sekali..!" kata Prambudi
menambahkan sambil mencium kening Yanti yang basah dengan peluh itu.
Malam itu mereka lalui dengan perasaan sedikit penyesalan, tetapi juga rasa puas,
karena keinginan batiniah diantara mereka berdua dapat tersalurkan. Namun, sejak itu
setiap kali mertuanya mengajak berhubungan intim, Yanti selalu melayaninya dengan
senang hati dan penuh semangat. Dan hal itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua
kali saja, tetapi mereka melakukannya hampir seperti layaknya suami isteri. Maklum,
suaminya belum dapat memberikan kepuasan batiniah pada Yanti. Kasihan Yanti, ya?..